Dalam setiap interaksi, selalu muncul berbagai potensi konflik. Apakah Tom-Mates juga merasakan hal ini? Baik sebagai individu ataupun perusahaan, konflik akan selalu hadir dalam skala besar ataupun kecil. Yang menjadi catatan adalah bagaimana menjadikan sebuah konflik sebagai wadah untuk berkembang dan bertumbuh bukan justru menjadi terpuruk. Hal ini dapat diupayakan dengan manajemen konflik, yaitu seni mengelola konflik. Untuk mengetahui manajemen konflik lebih dalam berikut ulasannya.
Pengertian
Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Italia yaitu Maneggiare (Haney dalam Mardianto, 2000) yang berarti melatih kuda-kuda yang berarti mengendalikan. Dalam bahasa Inggris yaitu Management (Echols dan Shadily, 2000) berarti pengelolaan. Dalam bahasa Cina, manajemen adalah kuan lee yang berasal dari dua kata yaitu kuan khung (mengawasi orang kerja) dan lee chai (memanajemen konflik uang) (Mardianto, 2000). Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Pengertian Konflik
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia konflik secara bahasa adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan. Menurut Johnson (Supratiknya, 1995) konflik adalah situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain. Menurut Vasta (Indati, 1996), konflik akan terjadi bila seseorang melakukan sesuatu tetapi orang lain menolak, menyangkal, merasa keberatan atau tidak setuju dengan apa yang dilakukan seseorang. Konflik juga berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang atau kelompok-kelompok. Setiap hubungan antar pribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat, atau perbedaan kepentingan.
Pengertian Manajemen Konflik
Dari uraian pengertian manajemen dan pengertian konflik, dapat disimpulkan manajemen konflik adalah cara yang digunakan oleh individu ataupun kelompok untuk menghadapi pertentangan atau perselisihan dengan orang lain. Dalam hal ini apabila konflik tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak negatif sehingga diperlukan manajemen konflik. Menurut Robbins (dalam Winardi, 2003: 271) menjelaskan manajemen konflik sebagai proses pengkoordinasian dengan menggunakan teknik-teknik resolusi dan stimulasi untuk meraih tingkatan konflik yang diinginkan sehingga diperoleh solusi tepat atas konflik tersebut.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Konflik
Menurut Wirawan (2010 : 135-138) manajemen konflik terjadi karena beberapa faktor yaitu :
1. Asumsi mengenai konflik
Asumsi ini dipengaruhi oleh pola prilaku dalam menghadapi konflik yang ada. Apabila seseorang memiliki asumsi tentang konflik maka ai akan berpikir bagaimana mengatasi konflik tersebut.
2. Persepsi mengenai penyebab konflik
Persepsi seseorang terhadap konflik akan mempengaruhi gaya yang akan dilakukan dalam menghadapi konflik. Apabila seseorang menganggap konflik tersebut tidak penting, maka ia akan bersikap untuk menghindar dalam menghadapi konflik.
3. Ekspektasi atas reaksi lawan konflik
Apabila seseorang menyadari menghadapi konflik maka ia akan menyusun strategi dan taktik untuk menghadapi konflik tersebut yang bertujuan agar konflik tersebut dapat terselesaikan.
4. Pola komunikasi dalam interaksi konflik
Jika proses komunikasi pihak yang terlibat berjalan baik, maka pesan komunikasi akan mudah dipahami dan diterima tanpa gangguan negatif. Dalam hal ini kemampuan komunikasi interpersonal dianggap efektif dalam menyelesaikan konflik.
5. Kekuasaan yang dimiliki
Jika pihak yang terlibat memiliki kekuasaan yang lebih besar dari lawan konfliknya, kemungkinan besar tidak mau mengalah dan konflik akan lebih sulit terselesaikan.
6. Pengalaman menghadapi situasi konflik
Apabila seseorang yang sudah memiliki pengalaman dalam mengelola konflik maka akan membantunya menghadapi konflik berikut agar solusi lebih cepat terpecahkan.
7. Sumber yang dimiliki
Sumber disini maksudnya antara lain yaitu kekuasaan, pengetahuan, pengalaman dan uang.
8. Jenis kelamin
Dalam hal ini, bagaimana laki-laki ataupun perempuan dalam merespon konflik akan berbeda. Biasanya laki-laki cendrung lebih rasional dibandingkan perempuan yang kuat dengan perasaannya.
9. Kecerdasan emosional
Merupakan kemampuan seseorang mengatasi dan mengontrol emosi dalam menghadapi konflik, menggunakan dan memanfaatkan emosi untuk membantu pikiran.
10. Kepribadian
Apabila seseorang yang memiliki kepribadian berani, berambisi cendrung memilih gaya kompetisi. Sebaliknya seseorang yang pasif dan penakut akan cendrung untuk menghindari konflik.
11. Budaya organisasi sistem sosial
Setiap organisasi memiliki budaya dan norma yang berbeda yang membuat anggotanya memiliki kecendrungan untuk memilih gaya manajemen konflik. Misalnya dalam masyarakat Barat, anak diajarkan untuk berkompetisi sejak kecil. Beda halnya dengan masyarakat Timur yang diajarkan untuk kompromi dan menghindari konflik.
- Prosedur yang mengatur pengambilan keputusan jika terjadi konflik
- Situasi konflik dan posisi dalam konflik
- Pengalaman menggunakan salah satu gaya manajemen konflik
Aspek-aspek Dalam Manajemen Konflik
Menurut Gootman dan Korkoff (Mardianto, 2000), menyebutkan bahwa secara garis besar ada 2 aspek dalam manajemen konflik yaitu :
1. Manajemen konflik destruktif
Hal ini meliputi conflict engagement (menyerang dan lepas kontrol), withdrawal (menarik diri) dari situasi tertentu yang kadang sangat menakutkan sehingga menarik diri merupakan cara untuk mempertahankan diri dan compliance (menyerah dan tidak membela diri).
2. Manajemen konflik konstruktif
Hal ini meliputi positive problem solving yang terdiri dari kompromi dan negosiasi. Kompromi adalah bentuk akomodasi dari pihak-pihak yang terlibat untuk mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian terhadap perselisihan tersebut. Negosiasi adalah cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh pihak yang berselisih serta tindakan apa yang akan dilakukan dimasa mendatang.
Sementara itu menurut Robbins (2002 : 215) berpendapat beberapa aspek manajemen konflik yang sering dilakukan seseorang antara lain :
1. Kompetisi
Merupakan gaya yang berorientasi pada kekuasaan dimana seseorang akan menggunakan kekuasaan yang dimiliki untuk memenangkan konflik.
2. Kolaborasi
Merupakan gaya mencari solusi jika kepentingan kedua belah pihak terlalu penting untuk dikompromikan. Kolaborasi cendrung menciptakan situasi yang memungkinkan tujuan kedua belah pihak tercapai sehingga menjadi lebih baik.
3. Penghindaran
Merupakan gaya yang cendrung memandang konflik tidak produktif dengan melempar masalah kepada orang lain atau bersembunyi dari konflik yang ada.
4. Akomodasi
Merupakan gaya yang sangat mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi. Dengan cara ini cukup membuat konflik yang terjadi menjadi lebih kooperatif demi kepentingan bersama.
5. Kompromi
Merupakan gaya yang lebih berorientasi pada jalan tengah untuk semua pihak dan tercipta kepentingan bersama.
Untuk lebih memahami aspek-aspek manajemen konflik, ada 4 kuadran manajemen konflik menurut Prijosaksono dan Sembel (2003) yaitu :
1. Menang – Menang (Kolaborasi)
Tujuannya untuk mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya berlangsung lama karena harus mengakomodasi kepentingan 2 pihak dan memerlukan komitmen yang besar dari semua pihak untuk menyelesaikan serta menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh. Singkatnya, hubungan ini menciptakan hubungan penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan.
2. Menang – Kalah (Persaingan)
Pada fase ini akan terjadi ada pihak yang menang dan ada yang kalah sehingga tercipta kondisi persaingan antar pihak. Kondisi ini memaksa ada pihak yang harus kalah dan cendrung terpaksa sehingga tidak mengenakan bagi salah satu pihak.
3. Kalah – Menang (Mengakomodasi)
Dalam hal ini biasanya ada pihak yang berada diposisi mengalah untuk memudahkan pihak lainnya. Gaya ini bertujuan untuk menghindari konflik yang lebih besar serta akibat yang lebih luas dengan mengupayakan proses damai. Mengalah dalam hal ini bukan berarti kalah namun untuk menciptakan suasana perdamaian.
4. Kalah – Kalah (Menghindari Konflik)
Gaya ini merupakan bentuk dari menghindari konflik atau mengabaikan masalah yang mungkin timbul. Hal ini berarti bahwa kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan konflik dan menemukan kesepakatan mengatasi konflik tersebut. Cara ini biasanya hanya bisa dilakukan untuk konflik yang relatiff ringan dan tidak terlalu penting.
Strategi Mengelola Manajemen Konflik
Menurut Devitto (1997: 270-274) strategi itu mengelola manajemen konflik antara lain, sebagai berikut:
1. Penghindaran dan melawan secara aktif
Mengindar maksudnya adalah menghindar secara fisik yang nyata, misalkan meninggalkan ruangan. Namun daripada menghindar akan lebih baik berperan aktif pada konflik yang sedang dihadapi agar saling memahami masalah apa yang sedang terjadi dengan menjadi pembicara dan pendengar yang aktif dan bertanggung jawab terhadap setiap pemikiran dan perasaan.
2. Memaksa dan berbicara
Mayoritas tidak menghadapi pokok persoalan melainkan memaksakan posisinya pada orang lain, baik secara fisik maupun emosional. Alternatif yang nyata adalah berbicara dan mendengar, keterbukaan, empati, dan sikap positif.
3. Menyalahkan dan empati
Karena perempuan dominan dengan perasaan, biasanya lebih cenderung menyalahkan orang lain untuk menutupi perilaku sendiri. Hal seperti ini tentunya tidak akan menyelesaikan masalah. Namun apabila mencoba untuk berempati, memahami cara orang lain menilai sesuatu sebagai sesuatu hal yang berbeda.
4. Mendiamkan dan memfasilitasi ekspresi secara terbuka
Diam tidak akan menyelesaikan masalah, pastikan bahwa setiap orang diizinkan mengekspresikan dirinya secara bebas dan terbuka, tanpa ada yang merasa lebih rendah dan lebih tinggi.
5. Fokus pada masa sekarang
Fokuskan konflik di sini dan sekarang dan pada orang yang dimaksud bukan pada yang lain.
6. Manipulasi dan spontan
Menghindari konflik terbuka dan berusaha menyembunyikan konflik dengan tetap berperilaku menyenangkan, namun lebih baik ekspresikan perasaan secara spontan karena solusi konflik bukan masalah siapa yang kalah dan menang tapi pemahaman dari kedua belah pihak.
7. Penerimaan pribadi
Mengekspresikan perasaan positif pada orang lain.
8. Melawan “di bawah dan di atas ikat pinggang”
Membawa konflik pada area dimana lawan bisa memahami dan dapat mengatasi.
9. Argumentatif dan agresi verbal
Kesediaan menjelaskan secara argumentatif mengenai sudut pandang dalam konflik tanpa harus menyerang harga diri dari lawan
Manfaat Manajemen Konflik Bagi Perusahaan
Dalam berbagai situasi, peluang konflik selalu ada dan normal terjadi. Tidak selalu memberi dampak buruk, konflik juga memiliki manfaat apabila dilakukan dengan cara yang tepat salah satunya melalui manajemen konflik. Berikut manfaat manajemen konflik yaitu :
1. Meningkatkan keterlibatan karyawan dan rasa memiliki
Saat terjadi konflik, untuk karyawan yang sebelumnya pasti dan tidak peduli akan terlibat dalam memberikan ide/gagasan terkait masalah yang sedang dihadapi. Ini merupakan hasil positif untuk menumbuhkan rasa memiliki terhadap perusahaan dan rekan kerja.
2. Mengembangkan kemampuan menyelesaikan konflik
Dengan beragam masalah yang muncul, setiap anggota akan dilatih untuk tanggap mencari solusi yang tengah dihadapi. Kemampuan dalam menghadapi berbagai konflik merupakan skil yang sangat bermanfaat menghadapi dinamika perusahaan yang terus berkembang.
3. Mendeteksi celah dalam sistem kerja
Jika perusahaan menghadapi sebuah konflik, artinya ada yang sistem kerja yang perlu dievaluasi kembali. Apakah konflik antar karyawan atau budaya kerja yang tidak sesuai dengan karyawan dan berbagai asumsi lainnya. Dengan adanya masalah, maka pihak perusahaan bisa mendeteksi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik dan solusi apa yang bisa dilakukan.
4. Melatih karyawan untuk berempati dan berorientasi pada solusi
Dengan melibatkan karyawan dalam proses manajemen konflik artinya melatih mereka untuk berpikir yang berorientasi pada solusi dan melatih rasa empati mereka. Ini akan melatih softskil mereka yang akan sangat berguna di masa depan selain kemampuan teknis.
Dengan memahami apa itu konflik dan bagaimana mengelolanya, sebuah konflik yang semula hanya berdampak negatif akan memiliki berdampak positif jika direspon dengan baik. Sejatinya setiap konflik yang ada dalam kehidupan apabila direspon dan dikelola dengan baik, maka akan sangat bermanfaat dalam hal memajukan kreativitas dan inovasi di masa depan. Untuk memudahkan mengelola manajemen konflik pada proyek Anda, Tomps sebagai aplikasi manajemen proyek professional all in one dapat membantu Anda untuk memantau perkembangan proyek agar tetap Lancar Terkendali!